Hari ini saya melihat seorang teman di kantor yang sedang bersedih. Tampak diraut mukanya bahwa ia baru saja menangis tersedu-sedu di toilet (tentunya). Dia berusaha tegar namun saya yang merasa dekat dengannya dapat tahu apa yang sedang dia rasakan.
Dia adalah seorang istri dan punya 2 anak. Dia salah satu karyawan yang menjadi peserta "babat alas" sewaktu awal tahun berdirinya pabrik kami. Dengan dedikasinya dia berusaha total bekerja dan pernah menjadi the best chief di office kami pada waktu ajang award di kantor. Sampai akhirnya dia mendapat tawaran bekerja di tempat lain yang lebih bonafid, bergengsi dan dengan salary 2 kali lipat dari yang dia dapat saat ini. Tetapi, ketika itu dia cerita bahwa dia hanya ingin menguji kompetensi dirinya, apakah dia masih bisa "dihargai" lebih dan tidak bermaksud untuk pindah dari pabrik ini karena sudah timbul rasa "memiliki". Dan hasilnya, setelah melakukan diskusi dan pemikiran, dia tetap memilih stay di tempat dan tidak mengambil kesempatan itu
Sekitar 2 minggu kemudian, tepatnya hari ini, perasaan kecewa yang begitu besar, merasa dikhianati dan akhirnya merasa pengorbanannya sia-sia karena telah melepaskan kesempatan yang luar biasa membuat dia sedih dan menangis karena merasa "tidak dihargai". Jauh dilubuk hatinya, mungkin ada rasa penyesalan.
Kemudian, saya hanya mengatakan bahwa ini adalah ujian utuk keputusan yang telah dia ambil dulu. You decide it, you'll get a risk. Sometime its good, sometime its bad. Harapan vs realitas, tidak pernah match. Tetapi perlu diingat bahwa mereka yang mengecewakan dirinya adalah orang-orang yang tidak tahu sejarah dan seberapa besar rasa memiliki yang dia rasakan untuk perusahaan kami. Mereka tidaklah penting. Karena tidak sepaham dan sevisi dengan dirinya.
Saya hanya salut dengan teman yang satu ini, rasa memilikinya yang begitu besar dan dedikasinya selama di perusahaan, telah membuat ia memilih untuk stay di sini. Meskipun, satu dua pihak yang "tidak suka" dengannya, dia memilih tetap di tempatnya. Rasa memiliki yang tidak dipahami orang lain, tidak membuatnya gentar, meskipun hari ini ada rasa penyesalan di dalam dirinya.
Selalu ada hikmah di balik peristiwa...
No comments:
Post a Comment